Minggu, 29 Juli 2012

Makalah Psikologi


Pengertian dan Sejarah Perkembangan Psikologi sebagai Ilmu Mandiri
A. Pendahuluan
Ilmu kejiwaan atau yang disebut dengan psikologi, ini ternyata telah ada sejak filsafat muncul. Dalam perjalanannya filsafat mampu memberikan pengaruh yang signifikan dalam perkembengan psikologi sampai menjadi disiplin ilmu mandiri. Sebelum terbentuk psikologi pada saat itu namanya belum ada atau masih dalam arti yang sebenarnya saja yaitu “jiwa”, karena banyaknya para ilmuan yang memberikan definisi tentang ini maka ilmu jiwa pun mengadakan perubahan (change) menjadi nama yang sekarang yaitu psikologi yang diambil dari kata Yunani.
Dari masa ke masa psikologi masuk dalam segala aspek kehidupan manusia, kendatipun yang menjadi objek kajian psikologi manusia akan tetapi hewan pun menjadi bahan kajian psikologi dimana psikologi tentang hewan lebih mudah ditemukan atau dicari dibandingkan dengan menelusuri psikologi pada manusia yang malah semakin ruet atau rumit. Secara spesifik bisa dicontohkan realisasi psikologi dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada sistem pembelajaran, seorang guru dalam menyampaikan materinya kepada anak didik yang diakibatkan oleh banyaknya karakter pada anak didik sehingga untuk mencari jalan keluarnya dengan cara mempelajari karakter anak didik melalui ilmu psikologi.
Oleh karena itu, begitu penting ilmu psikologi bagi orang yang ingin memahami karakter/jiwa seseorang melalui approach (pendekatan) secara personal agar memperoleh informasi mengenai kepribadian dan akhirnya kita dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan sifat/karakter masing-masing (personal). Dewasa ini, dekadensi kepribadian anak bangsa telah mengalami penurunan secara drastis, bahkan pada titik semakin ironis. Ini menandakan indikator ketidakfahaman mengenai ilmu cara menelaah bahkan menginterpretasikan suatu karakter dalam diri seseorang.


B. Pengertian Psikologi Sebagai Ilmu
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya pengetahuan. Jadi, secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam segalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.
Berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dan jiwa. Nyawa adalah jasmaniah yang keberadaannya bergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah (organik behavior) yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar.
Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality) dengan jalan berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru sehingga ia dapat berbuat yang lebih sukses menghadapi kontradiksi-kontradiksi. Jadi, jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan, dan kecakapan-kecakapan.
Bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain seperti: ilmu pasti, ilmu alam, dan lain-lain, maka ilmu jiwa dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang serba kurang tegas, sebab ilmu itu mengalami perubahan, tumbuh, berkembang untuk mencapai kesempurnaan. Namun demikian, ilmu ini sudah merupakan cabang ilmu pengetahuan.
Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jadi, dari tingkah laku itulah orang dapat mengatahui jiwa seseorang dan tingkah laku merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
Sebagai ilmu pengetahuan, psikologi juga mempunyai sifat-sifat yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan pada umumnya. Karena itu, psikologi mempunyai:
  1. Objek tertentu.
Objek tertentu merupakan syarat mutlak di dalam suatu ilmu, karena objek inilah yang menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam pengupasan lapangan ilmu pengetahuan itu. Tanpa adanya objek tertentu dapat diyakinkan tidak akan adanya pembahasan yang mapan.

  1. Metode penyelidikan tertentu.
Metode merupakan hal yang penting dalam lapangan ilmu pengetahuan setelah penentuan objek yang ingin dipelajari. Tanpa adanya metode yang teratur dan tertentu, penyelidikan atau pembahasan kurang dapat dipertanggung jawabkan dari segi keilmuan. Justru dari segi metode inilah akan terlihat ilmiah tidaknya suatu penyelidikan atau pembahasan itu.
  1. Sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objeknya.
Hasil pendekatan objek kemudian disistematisasikan sehingga menghasilkan sistematika yang teratur yang menggambarkan hasil pendekatan terhadap objek tersebut.
Beberapa definisi: Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala manusia. Karena para ahli jiwa mempunyai penekatan yang berbeda, maka definisi yang dikemukakan juga berbeda-beda.
Diantara pengertian yang dirumuskan oleh para ahli itu, antara lain sebagai berikut:
  1. Menururut Singgih Dirgagunarsah, Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
  2. Plato dan Aris, berpendapat bahwa: Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
  3. John Broadus Waston, memandang psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respons).
  4. Wilhelm Wundt, tokoh psikologi experimental, berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti penggunaan panca indera, pikiran, perasaan (feeling) dan kehendak.
  5. Woodworth dan Marquis, psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.
  6. Knight dan Knight, psikologi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis tentang pengalaman dan tingkah laku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu atau sosial.
  7. Hilgert, psikologi mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya.
  8. Ruch, psikologi merupakan bagian dari ilmu-ilmu biologi dan ilmu sosial, yang saling melengkapi dan saling berhubungan.
  9. Clifford T. Morgan, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
  10. Edwin G. Boring and Herbert S. Langfeld, psikologi adalah studi tentang hakikat manusia.
  11. Garden Murphy, psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh mahluk hidup terhadap lingkungannya.
Pengertian psikologi diatas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli psikologi. Perbedaan tersebut berasal dari adanya perbedaan titik tolak para ahli dalam mempelajari dan membahas kejiwaan yang sangat kompleks. Itulah sebabnya sangat sukar ditemukan suatu rumusan pengertian psikologi yang disepakati oleh semua pihak.
Dari definisi di atas, kita lihat adanya unsur-unsur, yaitu:
  1. Tingkah laku atau perbuatan
Tingkah laku mempunyai arti yang lebih konkret daripada jiwa. Termasuk dalam tingkah laku disini adalah perbuatan-perbuatan yang terbuka maupun tertutup. Tingkah laku yang tertutup adalah tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui alat-alat atau metode khusus, misalnya: berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut, dan sebagainya. Tingkah laku yang terbuka adalah tingkah laku yang dapat diketahui secara langsung dari orang yang bersangkutan, misalnya berbicara, bercakap-cakap, dan sebagainya.
  1. Manusia
Makin lama objek material psikologi makin mengarah kepada manusia, karena manusialah yang paling berkepentingan dengan ilmu ini. Manusia memerlukan ilmu ini dalam berbagai segi kehidupannya, di sekolah, kantor, rumah tangga, dan sebagainya. Hewanpun bisa menjadi objek studi psikologi, tetapi hanya sebagai perbandingan saja atau untuk mencari fungsi-fungsi psikologi yang paling sederhana yang sukar dipelajari pada manusia karena struktur psikologi manusia terlalu berbelit-belit.
  1. Lingkungan
Yaitu tempat manusia hidup, menyesuaikan dirinya (beradaptasi) dan mengembangkan dirinya. Berbeda dengan makhluk lainnya di dunia ini, manusia tidak diciptakan berbulu tebal untuk melawan udara dingin, tidak bertaring kuat untuk membunuh mangsanya, dan tidak dapat berlari cepat untuk menghindar dari musuhnya, tetapi manusia mempunyai alat yang sangat tangguh yang menyebabkan ia dapat bertahan hidup di dunia ini. Alat itu adalah akal budi. Dengan akal budi itu, manusia dapat menyusun simbol-simbol yang berupa bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan, agama, dan sebagainya. Dengan simbol itulah, manusia dapat menguasai dunia, baik dalam fisiknya maupun alam sosialnya.1
Untuk mengetahui psikologi lebih jelas kita bisa melihat objeknya. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan namun, tidak dapat dibalik bahwa kumpulan pengetahuan itu adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan dapat disebut ilmu apabila memiliki syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimasukkan adalah objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dipelajari atau diselidiki. Objek material mencakup hal-hal yang konkret. Objek formal suatu ilmu dapat dilihat dari batasan atau definisi ilmu tersebut.2
C. Metode Psikologi
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos adalah cara atau jalan. Dalam konteks ilmiah, metode menyangkut masalah cara kerja; yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Berkaitan dengan metode ini, cabang-cabang ilmu mengembangkan metodologinya (yaitu pengetahuan tentang berbagai cara kerja) yang disesuaikan dengan objek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan. Metodik (kumpulan metode) merupakan jalan atau cara yang nantinya akan ditempuh guna lebih mendalami objek studi.
Psikologi sesungguhnya memiliki metode yaitu sebagai berikut:
  1. Metode Eksperimental
Metode eksperimental merupakan observasi atau pengamatan terhadap suatu kejadian atau gejala yang berlangsung di bawah kondisi atau syarat tertentu. Dalam psikologi, metode ini bermaksud menyelidiki pengaruh kondisi tertentu terhadap tingkah laku individu. Metode eksperimen dapat digunakan di luar maupun di dalam laboratorium. Sebagai contoh, kita dapat meneliti efek berbagai metode psikoterapi dengan mencoba metode tersebut pada kelompok individu terpisah yang mengalami gangguan emosional serupa, metode ini masalah logika bukan lokasi, namun sebagian eksperimen dilakukan di laboratorium khusus terutama karena diperlukan instrumen yang presis untuk mengendalikan presentasi stimuli dan mendapatkan penilaian perilaku yang tepat.
Eksperimen dalam laboratorium memiliki kelebihan, yaitu dapat mengontrol lingkungan sehingga ahli psikologi dapat memilih faktor-faktor tersebut sementara yang lain dipertahankan kekonstanannya. Misalnya, jika ia ingin menemukan efek kurang tidur pada prestasi belajar anak sepuluh tahun, ia mungkin membawa sekelompok anak berusia sepuluh tahun ke dalam laboratorium dan coba mempertahankan kekonstanan lingkungan dan aktivitas mereka, kecuali untuk jumlah waktu tidur. Kemudian ia membandingkan kelompok yang tidur sepuluh jam pada malam hari seperti seharusnya dan yang hanya tidur tiga jam. Ia misalnya, berusaha menjaga agar anak-anak tersebut mendengar suara rebut yang sama dan bahwa ada yang tidak meminum kopi. Dalam lingkungan yang terkontrol, tiap perbedaan diantara kelompok anak berusia sepuluh tahun tersebut, dapat diasumsikan dengan lebih yakin bahwa memang ada kaitan antara prestasi dan faktor kurang tidur.
  1. Metode Non-eksperimental
Metode ini ialah menjelaskan cara untuk mengumpulkan informasi yang ada di luar laboratorium yaitu ada yang formal dan tepat, ada pula yang tidak terlalu formal. Metode ini terbagi lagi menjadi empat bagian yaitu sebagai berikut:
  1. Metode Observasi
Pada metode ini yaitu menitikberatkan pasda pengobservasian perilaku, perekaman atau pengukuran peristiwa, dan pengujicobaan sesuatu untuk menarik kesimpulan sehingga psikologi didefinisikan sebagai kajian ilmiah terhadap perilaku. Metode observasi dalam psikologi banyak dilakukan untuk mempelajari tingkah laku anak-anak, interaksi sosial, aktivitas keagamaan, peperangan, aktivitas kejahatan, dan kejadian lain yang tidak dapat dieksperimenkan.
  1. Metode Studi Kasus (Case Study/Case History)
Studi kasus yang dilakukan oleh Freud ialah peristiwa itu terjadi di Wina, sebelum peralihan abad ini. Seorang dokter berpenampilan sederhana, hampir dikatakan puriatan, mengejutkan dunia kaum terpelajar. Ketika itu, sang dokter memproklamasikan bahwa asal muasal cinta pada anak-anak adalah daya tarik seksual. Bayangkanlah situasinya. Dihadapan hadirin terhormat yang terdiri atas dokter-dokter zaman Victoria, Sigmund muda menyajikan teori rumit yang mengklaim bahwa anak-anak dalam keluarga biasa, kerap diseduksi (seduced) oleh orang tuanya. Ketua sidang menyatakan kuliah Freud sebagai “dongeng nina-bobo ilmiah; dan Freud dalam suratnya beberapa hari kemudian kepada sahabatnya, menggambarkan kuliah tersebut; “keledai-keledai itu menyambut dengan dingin”.
Kelemahan metode ini adalah seakan-akan memberikan kesan bahwa objeknya adalah orang-orang yang jiwanya tidak normal, sehingga hasil yang dicapainya kurang representatif untuk menggambarkan keadaan jiwa pada umumnya.
  1. Metode Survei
Survei adalah suatu metode yang bertujuan mengumpulkan sejumlah besar variabel mengenai sejumlah besar individu melalui alat pengukur wawancara. Survei digunakan untuk mengukur pelbagai fenomena yang ada. Dalam penelitian seperti ini, kita tak perlu memperhitungkan hubungan antarvariabel. Tujuan pokok ialah memanfaatkan data yang diperoleh untuk memecahkan masalah daripada untuk menguji hipotesis.
Pada dasarnya, survei mempunyai dua lingkup, yaitu survei sensus adalah survei yang meliputi seluruh populasi yang didinginkan dan survei sampel adalah survei yang dilakukan hanya pada sebagian kecil dari suatu populasi. Kini survei bisa digunakan untuk menabulasi objek-objek nyata atau mengukur hal-hal yang tidak nyata, misalnya survei tentang pendapat umum, mengukur konstruk, sedangkan menghitung suara hasil suatu pemilihan umum adalah mengukur objek-objek nyata.
  1. Metode Korelasional
Metode ini digunakan untuk meneliti hubungan diantara berbagai variabel. Dengan kata lain, metode korelasiaonal bermaksud mendeteksi sejauh mana variasi-varisi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya, contoh:
  1. Studi yang mempelajari saling hubungan antara skor kepemimpinan dengan prestasi kerja;
  2. Studi secara analisis faktor mengenai tes kepribadian;
  3. Studi untuk meramalkan keberhasilan kepemimpinan berdasarkan tes bakat.
Metode korelasional digunakan untuk:
  1. Mengukur hubungan diantara variabel;
  2. Meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas; dan
  3. Meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental
Melalui metode korelasional, kita bisa memastikan, berapa besar yang disebabkan oleh suatu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang disebabkan oleh variabel lain. Kita mengumpulkan atau lebih perangkat nilai dari sebuah sampel peserta, kemudian kita menghitung hubungan antarperangkat tersebut. Sebagai contoh, jika kita menguji hipotesis tentang hubungan antara kreativitas dan kemampuan mental pada sampel mahasiswa, nilai dari dua variabel tersebut dikumpulkan, lalu dihitung korelasi koefisien antara dua perangkat tersebut.3

D. Hubungan Psikologi dengan Ilmu-Ilmu Lain
Hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lain ini bersifat timbal-balik dalam artian psikologi memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain, dan sebaliknya, ilmu-ilmu lain juga memerlukan bantuan psikologi. Ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan psikologi yaitu sebagai berikut:
  1. Hubungan Psikologi dengan Sosiologi
Mead dan mazhabnya mengisyaratkan adanya suatu kemungkinan yang menarik bagi apa yang dinamakan “psikologi sosiologis”. Artinya, suatu psikologi yang memperoleh perspektif-perspektif dasarnya dari suatu pemahaman sosiologis tentang kondisi manusia. Dalam bukunya Sosial Psychology, an Interdisiplinary Approach, Bonner menyatakan bahwa ilmu lain yang berpengaruh pada psikologi sosial adalah sosiologi yaitu yang terkait dengan perilaku hubungan antarindividu, atau antaraindividu dan kelompok, atau antarkelompok (interaksionisme) dalam perilaku sosial dan antropologi yaitu ini berpengaruh karena perilaku sosial itu selamanya terjadi dalam suprastruktur budaya tertentu.
Psikologi sosial mempunyai perbedaan dengan psikologi sebagai ilmu induknya. Menurut Bonner, psikologi sosial mempelajari tentang perilaku individu yang bermakna dalam hubungan dengan lingkungan atau rangsang sosialnya, sedangkan sosiologi mempelajari perilaku apa saja, terlepas dari makna sosialnya. Perbedaan psikologi sosial dengan sosiologi dalam hal fokus studinya adalah jika psikologi sosial memusatkan penelitiannya pada perilaku individu, sedangkan sosiologi tidak memperhatikan individu yang menjadi perhatiannya adalah sistem dan struktur sosial yang dapat berubah atau konstan tanpa bergantung pada individu-individu. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa unit analisis psikologi sosial adalah individu dan unit analisis sosiologi adalah kelompok.
  1. Hubungan Psikologi dengan Antropologi
Kontribusi antropologi sangatlah besar terhadap psikologi, yaitu dengan lahirnya suatu sub-ilmu atau spesialisasi dari antropologi yang disebut etnopsikologi (etnopsychology), atau antropologi psikologikal (psychological anthropology), atau juga studi kebudayaan dan kepribadian (study of culture and personality). Sejak setengah abad lalu, di Amerika Serikat dan Inggris telah berkembang berbagai penelitian antropologi yang dalam analisisnya menggunakan banyak konsep psikologi. Pelbagai penelitian itu dimulai karena timbulnya perhatian terhadap tiga masalah, yaitu:
  1. Masalah “kepribadian bangsa”;
  2. Masalah peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat; dan
  3. Masalah nilai universal dari konsep-konsep psikologi.
Hubungan psikologi dengan antropologi yaitu munculnya cabang baru antropologi, yaitu anthropology in mental health. Bidang penelitian dan pembahasan ini lebih difokuskan pada emosi-emosi yang tertekan. Diantara pelbagai penyakit jiwa yang diobati oleh para psikiater, ternyata ada yang tidak disebabkan oleh kelainan-kelainan biologis atau kerusakan dalam organism, melainkan karena jiwa dan emosi yang tertekan. Keadaan jiwa ini lebih disebabkan oleh aspek-aspek sosial budaya dan inilah kajian dari anthropology in mental health.
  1. Hubungan Psikologi dengan ilmu Politik
Ilmu politik erat hubungannya dengan psikologi, khususnya psikologi sosial dalam analisis politik jelas dapat kita ketahui apabila kita sadar bahwa analisis sosial politik secara makro diisi dan diperkuat analisis yang bersifat mikro. Psikologi merupakan ilmu yang mempumyai peran penting dalam bidang politik. Justru karena prinsip-prinsip politik lebih luas daripada prinsip-prinsip hukum dan meliputi banyak hal yang berada di luar hukum dan masuk dalam kebijaksanaan, bagi para politisi sangat penting apabila mereka dapat menyelami gerakan jiwa dari rakyat pada umunya, dan dari golongan tertentu pada khususnya, bahkan juga dari oknum tertentu.
Untuk memehami perilaku pemilih bisa digunakan beberapa pendekatan, penjelasan teoritis tentang voting behavior didasarkan pada dua model pendekatan yaitu pendekatan sosiologi, seperti namanya pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan perilaku pemilih. Menurut pendekatan ini, para pemilih di AS menentukan pilihan karena pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses sosialisasi. Mereka menjelaskan bahwa sikap seseorang sebagai refleksi dari kepribadian seseorang merupakan variabel yang menentukan dalam mempengaruhi perilaku pemilih.
  1. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Komunikasi
Menurut Fisher bahwa komunikasi memang mencakup semuanya, dan bersifat sangat eklektif (menggabungkan berbagai bidang), sifat ini dikatakan oleh Schramm sebagai “jalan simpang paling ramai dengan segala disiplin yang melintasinya”. Ia mengumpamakan ilmu komunikasi sebagai suatu oasis, yang merupakan persimpangan jalan, tempat bertemu berbagai ilmu (musafir) yang tengah dalam perjalanan menuju tujuan ilmunya masing-masing. Eklektisme komunikasi sebagai suatu bidang studi, tampak pada konsep-konsep komunikasi yang berkembang selama ini, yang berhasil dirangkum oleh Fisher dalam empat kelompok yang disebutnya perspektif (semacam paradigma, teori, atau model) ialah: (1) perspektif mekanistis, (2) perspektif psikologis, (3) perspektif interaksional dan (4) perspektif pragmatis.
Ilmu komunikasi yang telah tumbuh sebagai ilmu yang berdiri sendiri kemudian melakukan “perkawinan” dengan ilmu-ilmu lainnya yang pada gilirannya melahirkan pelbagai subdisiplin seperti: komunikasi politik (dengan ilmu politik), sosiologi komunikasi massa (dengan sosiologis) dan psikologi komunikasi (dengan psikologi). Dengan demikian, ilmu komunikasi pun didefiinisikan sebagai “ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi”
  1. Hubungan Psikologi dengan Biologi
Biologi mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat dari objek materialnya, terdapat bidang yang sama dengan psikologi; hanya saja objek formalnya berbeda. Objek formal biologis adalah kehidupan jasmaniah (fisik), sedangkan objek formal psikologi adalah kegiatan atau tingkah laku manusia. Menurut Bonner psikologi merupakan ilmu yang subjektif karena mempelajari penginderaan (sensation) dan pesepsi manusia sehingga manusia dianggap sebagai subjek atau pelaku, bukan objek, mempelajari nilai-nilai yang berkembang dari persepsi subjek, mempelajari perilaku secara “molar” (perilaku penyesuaian diri secara menyeluruh). Sedangkan biologi merupakan ilmu yang objektif/ilmu yang mempelajari manusia sebagai jasad/objek, fakta yang diperoleh dari penelitian terhadap jasad manusia dan termasuk ilmu faal yang mempelajari manusia secara “molekular” (mempelajari bagian-bagian dari perilaku berupa gerakan, refleks, proses ketubuhan dan sebagainya).
  1. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Alam
Psikologi dalam penelitiannya banyak terpengaruh oleh ilmu alam. Psikologi menyadari bahwa objek penyelidikannya adalah manusia dan tingkah lakunya yang hidup dan selalu berkembang; sedangkan objek ilmu alam adalah benda mati. Oleh sebab itu, psikologi mencari metode lain yang sesuai dengan sifat keilmuannya sendiri, yaitu metode “fenomenologi”, suatu metode penelitian yang menitikberatkan gejala hidup kejiwaan. Pada ilmu pengetahuan alam orang meneliti objeknya secara murni ilmiah, dengan menggunakan hukum-hukum dan gejala-gejala penampakan yang bisa diamati dengan cermat. Pada peristiwa-peristiwa ilmu alam, terdapat unsur-unsur kemantapan, konstansi dan konsistensi; yaitu semua gejalanya bisa berlangsung secara berulang-ulang dan bisa tetap sama.
  1. Hubungan Psikologi dengan Filsafat
Dalam hal ini, ilmu yang bernama psikologi akan menolong filsafat sebaik-baiknya dengan hasil penyelidikannya. Kesimpulan filsafat tentang kemanusiaan akan sangat pincang dan mungkin jauh dari kebenaran jika tidak menghiraukan hasil psikologi. Dalam berbagai literatur disebutkan, sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah). Adapun dalam filsafat yang sebenarnya “ibu kandung” psikologi itu – psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak dan pengetahuan.
Bruno membagi pengertian psikologi ke dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan, yaitu sebagai berikut:
  1. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “roh”.
  2. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”.
  3. Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organism.


  1. Hubungan Psikologi dengan Ilmu Pendidikan
Psikologi dan ilmu pendidikan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati. Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik bilamana tidak berdasarkan kepada psikologi perkembangan. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Karena begitu eratnya tugas antara psikologi dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin ilmu pendidikan (educational psychology).
Reber menyebut psikologi pendidikan sebagai subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut:
  1. Penerapan prinsip belajar dalam kelas.
  2. Pengembangan dan pembaruan kurikulum.
  3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
  4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah kognitif.
  5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Jadi meskipun psikologi pendidikan cenderung dianggap oleh banyak kalangan atau para ahli psikologi (termasuk psikologi pendidikan itu sendiri) sebagai subdisiplin psikologi yang bersifat terapan atau praktis, bukan teoritis, cabang psikologi ini dipandang telah memiliki konsep, teori dan metode sendiri, sehingga mestinya tidak lagi dianggap sebagai subdisiplin, tetapi disiplin (cabang ilmu) yang berdiri sendiri.4


    1. Cabang-cabang Psikologi
Psikologi dewasa ini tidak hanya mementingkan aliran-aliran yang sifatnya teoretis, tetapi juga memperhatikan penerapannya. Di Indonesia, psikologi baru dikenal secara formal sejak 1953, yaitu sejak didirikannya jurusan psikologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia oleh Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, psikiater. Fakultas psikologi UI sudah mempunyai beberapa bagian yang masing-masing mengembangkan dan memperaktikkan cabang psikologi yang berbeda, yaitu Bagian Psikologi Klinis, Psikologi Kejuruan dan Perusahaan (sekarang Psikologi Industri dan Organisasi), Psikologi Anak (sekarang Psikologi Perkembangan), Psikologi Eksperimen, Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sosial. Perkembangan psikologi pada 2008 dalam program-program Magister Psikologi Terapan (Psikometri, Psikologi Olahraga, Psikologi SDM, Psikologi Knowledge Management, Psikologi Intervensi Sosial dan Psikologi Kriminal.
Di lingkungan organisasi ilmu dan profesi psikologi muncul yaitu Himpsi (Himpunan Psikologi Indonesia) adapun suborganisasi seperti APIO, APO, APS, IPP, IPS, IPK, dan Himpunan Psikologi Islam. Suatu perkembangan signifikan untuk sebuah ilmu yang baru berumur 55 tahun bandingkan dengan Ilmu Kedokteran yang sudah ada sejak zaman Hipokrates, SM. Divisi-divisi Psikologi dalam APA (American Psychological Association) diantarnya yaitu Society of General Psychology (Paguyuban Psikologi Umum).5

    1. Tujuan Psikologi
Setiap kita mempelajari sesuatu, pastilah memiliki tujuan mengapa kita mempelajari hal tersebut. Begitupula mempelajari psikologi, pastinya ada tujuan dan kegunaannya.
Garis besar tujuan orang mempelajari psikologi adalah untuk menjadikan hidup manusia lebih baik, bahagia dan sempurna. Karena, hanya dengan mempelajari hal ihwal manusia, kita bisa menghindari atau paling tidak meminimalisir suatu masalah antar manusia. Begitupula mempelajari psikologi ada beberapa manfaat yang kita ambil darinya. Berikut penjelasan tujuan dan kegunaan mempelajari psikologi.
Tujuan dan kegunaan mempelajari Psikologi adalah:
      1. Untuk memperoleh pemahaman tentang gejala-gejala jiwa, dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak-anak pada khususnya.
      2. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah laku manusia dan anak.
      3. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik6

    1. Sejarah Perkembangan Psikologi sebagai Ilmu Mandiri, dan Perkembangannya di Indonesia
Psikologi sebagai ilmu tidak terlepas dari perkembangan psikologi itu sendiri serta ilmu-ilmu yang lainnya. Dari waktu kewaktu psikologi sebagai ilmu mengalami perkembangan, sesuai dengan keadaan itu sendiri.7
Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri dimulai sejak tahun 1897 oleh Willhelm (1832-1920). Pada waktu itu W. Woundt mendirikan laboratorium psikologi di Leipziq, Jerman.8 Pada saat itu psikologi terlepas dari filsafat, ilmu dan ilmu pengetahuan alam dengan sendirinya.
Di laboratoriumnya W. Woundt melakukan eksperiman dalam usaha menyelidiki jiwa lewat gejala-gejala jiwa. Karena metodenya itulah W. Woundt disebut juga sebagai tokoh psikologi eksperimental, dia berpendapat gejala jiwa tidak dapat diterangkan berdasarkan semata-mata hanya pengamatan dan perenungan terhadap proses alam seperti yang diterangkan dalam psikologi fisidogi tetap harus dengan mempelajari ilmu itu sendiri.9
Setelah psikologi berdiri sebagai ilmu mandiri, muncullah berbagai aliran psikologi dengan metodenya sendiri. sejak awal abad ke-20 sampai sekarang, proses spesialisasi psikologi dalam aliran-aliran yang mengkhususkan diri berkembang dengan pesat. Tetapi pada intinya ada 2 hal yang menjadi tujuan yaitu:
  1. Akan tejadi pendalaman studi pada bidangnya masing-masing sehingga lebih jelas.
  2. Akan terjadi pengetahuan pada penerapan lebih intensif bagi kehidupan manusia.
    1. Sejarah Perkembangan Psikologi di Indonesia
Kebutuhan psikologi di Indonesia mulai terasa sejak tahun 1950. Khususnya dalam dunia penyelidikan nasional yang semerawut setelah kemerdekaan yang dipelopori oleh Prof. Slamet Iman Santoso, guru terbesar fakultas kedokteran UI. pada tahun 1953 dibentuk lembaga pendidikan psikologi di Indonesia. Setelah itu banyak perguruan tinggi yang membuka fakultas psikologi karena kebutuhan akan jasa mereka meningkat. Namun demikian evaluasi yang memuaskan baik itu terhadap lembaga pendidikan psikologi itu sendiri maupun perkembangan psikologi sebagai ilmu di Indonesia masih sulit di lakukan.
Menurut John S. Nimponeon (1985) pendidikan psikologi di Indonesia masih belum memuaskan. Karena tidak jelasnya kebutuhan psikologi yang dibarengi dengan penyerapan tenaga yang tidak sesuai dengan output pendidikan tinggi dan tidak jelasnya perencanaan karir di bidang psikologi oleh para lulusannya. 10
Perkembangan psikologi sebagai ilmu sangat dipengaruhi oleh persepsi para psikologi terhadap ilmunya sendiri. Psikologi sebagai ilmu di Indonesia juga masih bertumpang tindih dengan berbagai ilmu sosial lain.11 Agar psikologi cukup berkembang, para ahli harus memperjelas arahnya, sehingga penelitian-penelitian yang dilakukan bisa murni demi pengembangan psikologi.
    1. Kesimpulan
Dari penjelasan sebelumnya dapat kita tarik kesimpulan bahwa psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata psyche artinya jiwa dan logos artinya pengetahuan. Jadi secara etimologi, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam segalanya, prosesnya maupun latar belakangnya atau bisa juga disebut ilmu jiwa. Jiwa seseorang dapat diketahui hanya melalui tingkah lakunya yang merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar. Psikologi mempunyai sifat-sifat, yaitu: a) objek tertentu, b) metode penyelidikan tertentu, c) sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objeknya. Unsur-unsur yang terdapat pada psikologi ialah tingkah laku atau perbuatan, manusia dan lingkungan.
Metode psikologi terdiri dari metode eksperimental dan non-eksperimental, dimana metode non-eksperimental terbagi lagi menjadi empat bagian, yaitu: 1) metode observasi, 2) metode studi kasus (case study/case history), 3) metode survey dan, 4) metode korelasional. Hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu lain, yaitu: 1) hubungan psikologi dengan sosiologi, 2) hubungan psikologi dengan antropologi, 3) hubungan psikologi dengan ilmu politik, 4) hubungan psikologi dengan ilmu komunikasi, 5) hubungan psikologi dengan biologi, 6) hubungan psikologi dengan ilmu alam, 7) hubungan psikologi dengan filsafat, 8) hubungan psikologi dengan ilmu pendidikan.
Cabang-cabang psikologi, yaitu: psikologi klinis, psikologi kejuruan dan perusahaan (sekrang namanya: industri dan organisasi), psikologi anak (sekarang namanya: perkembangan), psikologi eksperimen, psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi terapan (psikometri), psikologi olahraga, psikologi SDM, psikologi knowledge management, psikologi intervensi sosial dan psikologi kriminal. Tujuan dan kegunaan mempelajari psikologi adalah untuk menjadikan hidup manusia lebih baik, bahagia dan sempurna, untuk memperoleh pemahaman tentang gejala-gejala jiwa dan makna yang sempurna mengenai tingkah laku manusia umumnya dan anak pada khususnya, untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa untuk mengenal tingkah laku manusia dan anak dan untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
Sejarah perkembangan psikologi sebagai ilmu mandiri, psikologi sebagai ilmu berdiri sendiri dimulai sejak tahun 1897 oleh Wilhelm dan pada saat itu pula W. Woundt mendirikan laboratorium psikologi di Leipziq, Jerman. Psikologi telah terlepas dari filsafat, ilmu dan ilmu pengetahuan alam. Berbagai aliran psikologi muncul dengan metodenya sendiri ketika psikologi sudah berdiri sebagai ilmu mandiri. Dari abad ke-20 hingga sekarang spesialisasi psikologi terus berkembang dengan tujuan pendalaman studi pada bidang-bidangnya masing-masing, agar lebih jelas dan pengetahuan diterapkan lebih intensif bagi kehidupan manusia.
Perkembangan psikologi di Indonesia, kebutuhan akan psikologi di Indonesia baru dirasakan sejak tahun 1950. Prof. Slamet Iman Santoso (guru besar fakultas kedokteran UI) pada tahun 1953 membentuk lembaga pendidikan psikologi di Indonesia. Menurut John S. Nimponeon, kebutuhan psikologi di Indonesia tidak jelas dan belum memuaskan, dikarenakan tidak jelasnya perencanaan karir di bidang psikologi oleh para lulusannya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu. (2009). Psikologi Umum, Jakarta: PT Rineka Cipta
Fauzi, Ahmad. (2004). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Irwanto. (2002). Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Sobur, Alex. (2010). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia



1 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2004) h. 9
2 Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2010) h. 40
3Ibid., hlm. 46-57
4 Ibid., hlm. 60-71
5 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 34-35
7 Abu Ahmad, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009) h. 31
8 Opcit, hlm. 22
9 Opcit, hlm. 36
10 Drs. Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2002) h. 7
11 Ibid., hlm. 8

1 komentar: